Surealisme berdiri sebagai salah satu gerakan paling berpengaruh dalam sejarah seni, selamanya mengubah cara berpikir dan persepsi kita. Pada masanya, ia mendapat pengakuan publik yang luar biasa dan dampaknya terhadap seniman masih bergema hingga saat ini.
Tahun ini, kita merayakan seratus tahun lahirnya Surealisme, dengan memperingati penerbitan Manifesto Surealis pada bulan Oktober 1924. Faktanya, ada beberapa manifesto yang bersaing memperebutkan judul tersebut, yang muncul dalam hitungan minggu satu sama lain. Risalah kedua, yang lebih terkenal, ditulis oleh André Breton, seorang penyair dan kritikus Perancis yang promosi diri dan kepemimpinannya yang tak kenal lelah menjadikannya tokoh de facto dan penegak ideologi Surealisme.
Menariknya, baik Goll maupun Breton secara eksplisit tidak membahas seni dalam pernyataan mereka masing-masing, dan keduanya tidak dapat dianggap sebagai pencipta istilah "Surrealisme". Kehormatan itu dimiliki oleh Guillaume Apollinaire (1880-1918), seorang penyair dan pendukung terkemuka avant-garde Paris. Dalam suratnya kepada kritikus Belgia Paul Dermée pada tahun 1917, Apollinaire menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan balet eksperimental "Parade".
Surealisme mempunyai pengaruh besar pada banyak gerakan seni sepanjang abad yang lalu. Ide dan teknik revolusionernya telah menginspirasi dan membentuk perkembangan berbagai ekspresi artistik. Salah satu gerakan penting yang dipengaruhi langsung oleh Surealisme adalah Ekspresionisme Abstrak, yang muncul di Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-20.
Pop Art yang muncul pada tahun 1950-an dan mencapai puncaknya pada tahun 1960-an juga mendapat inspirasi dari Surealisme. Pengaruh Surealisme juga terlihat pada perkembangan Seni Konseptual. Seniman seperti Marcel Duchamp dan Joseph Beuys, yang dikenal karena pendekatan konseptual mereka terhadap pembuatan seni, menganut penolakan Surealisme terhadap konvensi seni tradisional dan penekanannya pada ide dan keterlibatan intelektual.
Selain itu, pengaruh Surealisme meluas ke bentuk ekspresi artistik lainnya, seperti sastra, film, dan mode. Ide dan estetika surealis meresap dalam karya penulis seperti Jorge Luis Borges dan Gabriel García Márquez, sementara pembuat film seperti Luis Buñuel dan David Lynch mengadopsi elemen surealistik dalam teknik bercerita mereka. Secara keseluruhan, warisan Surealisme dapat diamati dalam beragam gerakan seni dan disiplin kreatif yang dipengaruhinya. Eksplorasinya terhadap alam bawah sadar, mimpi, dan hal-hal irasional terus menginspirasi seniman untuk mendobrak batasan, menantang konvensi, dan menggali kedalaman imajinasi manusia.
Secara gaya, Surealisme mencakup spektrum yang luas, mulai dari kuasi-abstraksi yang terlihat dalam karya Miró hingga realisme datar Magritte. Awalnya berpusat di Paris, ia memperluas pengaruhnya secara global, meluas ke Amerika dan Asia. Muncul sebagai reaksi terhadap kehancuran Perang Dunia I, gerakan ini menantang rasionalisme dan norma-norma masyarakat, mengganggu prinsip-prinsip seni yang sudah mapan dan menumbangkan gagasan konvensional tentang seksualitas dengan terkadang misoginis. Walaupun begitu, Surealisme menarik sekumpulan artis wanita terkenal, termasuk Meret Oppenheim, Dorothea Tanning, Claude Cahun, dan Leonora Carrington.
Kaum surealis senang menerima rasa diskontinuitas, yang dicontohkan oleh sebuah baris dari novel Les Chants de Maldoror tahun 1868, yang menggambarkan "kebetulan penjajaran mesin jahit dan payung di atas meja bedah." Gagasan ini menjadi prinsip penuntun Surealisme, yang dicontohkan dengan teknik artistik kolaboratif yang dikenal sebagai "cadavre exquis" (mayat yang sangat indah). Menyerupai permainan telepon tetapi dimainkan dengan gambar, cadavre exquis melibatkan pengoperan selembar kertas di antara sekelompok seniman. Setiap seniman akan berkontribusi pada sebuah gambar, melipat kertas untuk menyembunyikan kontribusinya. Yang lainnya kemudian melanjutkan dengan cara yang sama, sehingga menghasilkan gambar akhir yang sengaja dipotong-potong saat disingkapkan.
Surealisme berhutang banyak pada ide-ide berpengaruh Sigmund Freud. Keyakinan bahwa pikiran manusia dapat diungkap dan dieksplorasi melalui metode psikoanalisis, termasuk penafsiran mimpi, berdampak besar pada André Breton. Sebelum berkarir sebagai penulis, Breton telah menempuh studi kedokteran dan mengembangkan ketertarikannya pada penyakit mental. Pengalamannya bertugas di korps medis tentara Perancis selama Perang Dunia I semakin membentuk perspektifnya. Saat ditempatkan di sebuah bangsal di Nantes, tempat tentara dirawat karena syok (sekarang dikenal sebagai PTSD), Breton mendapat kesempatan untuk menerapkan teori Freud dalam merawat pasien. Paparan langsung terhadap dampak trauma perang dan pemahamannya tentang karya Freud memengaruhi penganut Surealisme di kemudian hari oleh Breton. Hubungan antara pikiran bawah sadar, mimpi, dan eksplorasi kedalaman psikologis menjadi inti Surealisme sebagai sebuah gerakan.