Ekspresi kreatif memainkan peran penting dalam mendukung kesehatan mental dalam berbagai cara. Terapi berbasis seni memanfaatkan berbagai bentuk kreativitas untuk mengatasi tantangan kesehatan mental dan mendorong penyembuhan emosional. Terapi ini mencakup berbagai praktik, termasuk terapi drama, terapi tari dan gerakan, terapi musik, puisi, tembikar, melukis, menggambar, dan pendekatan berbasis kerajinan. Dengan melibatkan pikiran, tubuh, dan jiwa, terapi kreatif menawarkan alternatif atau pelengkap untuk terapi bicara tradisional, menyediakan sarana ekspresi di luar kata-kata (Shukla). Berikut ini adalah beberapa contoh bagaimana seni kreatif digunakan untuk membantu pemulihan dan pengobatan kesehatan mental.
Mendukung Remaja yang Terisolasi Melalui Terapi Seni
Intervensi berbasis seni terbukti bermanfaat bagi remaja yang menghadapi tantangan kesehatan mental, khususnya mereka yang terisolasi dari teman sebayanya. Satu studi difokuskan pada penggunaan terapi seni untuk membantu pengembangan identitas bagi remaja yang sedang pulih dari kondisi kesehatan mental.
Para peneliti merancang model studio terbuka yang unik, di mana terapis memberikan bimbingan minimal, yang memungkinkan peserta untuk memimpin. Sementara terapis memilih materi yang tersedia, proses kreatif sepenuhnya diarahkan oleh para remaja. Para peserta ini, yang tidak dapat menghadiri sekolah tradisional karena kebutuhan kesehatan mental mereka, malah menghadiri program terapi harian. Mereka berpartisipasi dalam sesi seni sekali atau lebih setiap minggu, dengan setiap sesi berlangsung antara 90 menit dan tiga jam selama tahun ajaran 10 bulan.
Seiring berjalannya waktu, para peneliti mengamati kemajuan signifikan dalam perkembangan identitas remaja. Faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap keberhasilan program tersebut meliputi penekanan terapis pada otonomi, tidak adanya ekspektasi yang kaku, fokus pada proses kreatif daripada hasil akhir, dan penggunaan lingkungan dan materi yang strategis untuk mendukung penyembuhan. Studi tersebut menyimpulkan bahwa terapi seni dapat secara efektif membantu remaja yang terisolasi secara sosial mengelola kecemasan, membangun rasa percaya diri, dan akhirnya berintegrasi kembali ke dalam kelompok sebaya.
Meningkatkan Perawatan dan Kualitas Hidup bagi Individu dengan Demensia
Berbagai terapi berbasis seni telah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir untuk mendukung individu dengan demensia. Sebuah studi terkini membandingkan efektivitas beberapa terapi seni dalam menangani fungsi kognitif, kinerja aktivitas harian, kesejahteraan emosional, agitasi, dan kualitas hidup secara keseluruhan pada pasien demensia.
Studi tersebut menemukan bahwa terapi kenangan, yang melibatkan peninjauan ulang dan pembahasan pengalaman masa lalu dengan bantuan petunjuk seperti foto atau musik, memiliki dampak positif yang signifikan terhadap fungsi kognitif. Terapi hortikultura, di mana pasien terlibat dalam berkebun di bawah bimbingan seorang terapis, sangat efektif dalam mengurangi agitasi. Selain itu, terapi kaligrafi, khususnya menggunakan kaligrafi Cina, menghasilkan peningkatan kemampuan kognitif dan kualitas hidup secara keseluruhan. Temuan ini menyoroti potensi berbagai terapi seni untuk meningkatkan fungsi mental dan kesehatan emosional bagi individu yang hidup dengan demensia.
Mendukung Kesehatan Mental Selama Kehamilan dan Pasca Persalinan
Terapi berbasis seni menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mendukung kesehatan mental ibu hamil dan pascapersalinan, menurut penelitian terkini. Banyak wanita menghadapi tantangan emosional selama kehamilan dan setelah melahirkan, dan tinjauan terhadap 21 uji coba terkontrol acak menemukan bahwa intervensi berbasis seni secara signifikan mengurangi gejala kecemasan dan depresi. Sebagian besar intervensi difokuskan pada terapi musik atau menyanyi, dengan peserta mencapai hasil yang lebih baik ketika mereka dapat memilih musik mereka.
Studi terkini menyoroti bahwa terapi kreatif ini aman, menarik, dan hemat biaya, sehingga menawarkan pendekatan baru yang potensial untuk mencegah masalah kesehatan mental selama masa perinatal. Dengan mengurangi risiko gangguan suasana hati, intervensi semacam itu dapat membantu meminimalkan kebutuhan akan perawatan berbasis obat selama masa kritis ini.
Aktivitas Kreatif dan Kesejahteraan Mental
Selain terapi seni formal, berpartisipasi dalam aktivitas kreatif dapat memberikan dampak positif pada kesehatan mental. Survei terbaru dari American Psychological Association (APA) mengungkapkan bahwa hampir setengah (46%) orang Amerika beralih ke kegiatan kreatif—seperti memainkan alat musik, membuat kerajinan, menari, atau memecahkan teka-teki—untuk mengelola stres dan kecemasan. Mereka yang melaporkan kesehatan mental yang sangat baik atau sangat baik lebih cenderung terlibat dalam kegiatan kreatif dibandingkan dengan individu yang menggambarkan kesehatan mental mereka sebagai cukup atau buruk. Temuan ini menunjukkan bahwa keterlibatan rutin dalam aktivitas kreatif dapat dikaitkan dengan kesejahteraan keseluruhan yang lebih baik.